Saat ini para netizen masih sangat dihebohkan dengan pemblokiran aplikasi pesan singkat Telegram oleh Kemkominfo dengan alasan bahwa aplikasi ini digunakan oleh para teroris guna melancarkan operasinya. Meskipun berat dan sempat membuat netizen heboh menolaknya, namun apa daya karena hampir semua provider besar seluruhnya sudah menutup akses pengguna namun apa sebenarnya alasan utama dibalik pemblokiran ini.
Mengapa Telegram Disukai Jaringaan Teroris?
Keputusan pemblokiran Telegram ini sudah mendapatkan penolakan keras oleh para penggunanya namun apa yang dapat netizen lakukan mengingat beberapa provider sudah menutup akses penggunanya bahkan sudah ada sekitar 11 sub-domain yang ditutup. Namun setidaknya para pengguna masih ingin mengetahui alasan yang sebenarnya dibalik penutupan ini meskipun secara garis besar, semua orang di Indonesia sudah tahu bahwa penutupan aplikasi ini dilakukan sebab yang menggunakannya adalah para teroris. Alasan yang pemerintah Kemkominfo berikan adalah karena terlalu banyak sekali konten negatif yang sering muncul di dalam platform itu khususnya radikalisme dan terorisme.
Bapak Menteri Rudiantara dari Kemkominfo pun mengatakan jika terdapat belasan ribu halaman yang isinya mengenai terorisme di dalam aplikasi yang diciptakan oleh Rusia itu. Namun apakah hal itu sebenarnya benar? Dalam beberapa kasus, bukan hal yang dapat dipungkiri lagi jika aplikasi ini menjadi salah satu yang paling favorit untuk para kelompok teroris dan salah satu kelompok teroris yang menggunakan aplikasi ini dengan baik adalah ISIS. Seringkali ISIS diketahui menggunakannya untuk sarana dalam propaganda dan menggali sumber informasi tentang adanya serangan yang dilakukan. Serangan ISIS yang sudah diketahui dari aplikasi ini adalah serangan yang terjadi di Manchester, Inggris.
Kemudian pertanyaan pun muncul mengenai apa alasan utama kelompok teroris itu lebih sering menggunakan aplikasi ini? Menurut profesor yang berasal dari Universitas Haifa yaitu Gabriel Weimann, aplikasi ini mampu mengisi kekosongan dalam sarana propaganda sekaligus menjadi sarana komunikasi yang baik di kalangan teroris yang tidak bisa diperoleh dari aplikasi lainnya sebab Twitter dan juga Facebook sering melakukan pembersihan.
Kedua aplikasi itu sering melakukan penutupan karena dinilai memiliki afiliasi dengan jaringan teroris dan sejak tahun 2015 silam, analis menyebutkan banyak eksodus berskala besar yang dilakukan teroris dengan Telegram.
Recent Comments